Siang itu saya dan teman-teman telah menyelesaikan
kelas kuliah pada pukul 11.30 WIB, seperti biasa hal yang akan kami lakukan
ketika keluar kelas adalah pergi ke kantin untuk makan siang. Saya selalu
melihat kondisi yang serupa, melihat para pedagang yang berada di kantin yang
tak kenal lelah bekerja sepanjang hari. Dan ada hal menarik dari penglihatan
saya ketika melihat seorang kakek yang berjualan lumpia basah, disela waktu
luangnya saat berjualan selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran, bahkan
setiap harinya telah mempunyai target dengan menyempatkan waktu setiap 2 jam
selama 10 menit untuk membaca Al-Quran kemudian pada pukul 09.00 selalu berada
di Mesjid yang bertempat dikampus untuk melaksanakan sholat dhuha. Seperti
itulah aktifitas kakek penjual lumpia basah setiap harinya.
Hingga di kisahkan sebelum mulai berjualan beliau
membereskan gerobaknya hanya seorang diri, berjualan dan melayani pembeli yang
akan membeli dagangannya di jam makan siang hingga tiba pulang, kakek ini
dikenal sebagai penjual yang paling ramah dan murah senyum. Selain rasa lumpia
basahnya yang enak juga tak kalah penting dengan keramahan kakek membuat
pembeli nyaman menjadi pelanggannya untuk membeli lumpia basah.
Setiap hari penjualan lumpia basah ini segera saja laris dan menghasilkan
banyak respon positif dari pembeli baik dari dosen, mahasiswa, satpam
bahkan tukang kebun sekalipun. Alhasil lumpia basah yang menjadi dagangan kakek
selalu habis sebelum menjelang ashar. Melihat semua itu, menjadi senanglah hati
kakek sang pemilik lumpia basah, apalagi dengan permintaan seorang dosen yang
juga ingin membuka cabang untuk berjualan lumpia basah di sekitar rumahnya yang
ramai dengan pegawai kantoran. Karena melimpahnya hasil penjualan, kakek ini
segera menjadi orang kaya yang disegani, pengikutnya banyak, dan tidak
hanya satu cabang lumpia basah yang kakek punya tetapi hingga 21 cabang lumpia
basah yang dikelola oleh beliau di daerah Bandung.
Namun sungguh luar biasa hal ini menjadikan kakek
semakin ramah dan rendah hati, dan beliau mempunyai para pegawainya yang shaleh
dan taat kepada Allah. Kadangkala dalam satu dua kesempatan mereka bertemu dan
bencengkrama, biasanya kakek ini akan menanyakan hasil penjualannya dan
amalan harian yang telah ditugaskan pada setiap pegawainya. Tetapi, ada 1
pegawai baru yang bekerja di cabang lumpia basah, sebut saja Erlan. Di
hari kedua pertemuannya dengan kakek dan pegawai lainnya, Erlan selalu
menyombongkan hasil penjualannya karena dia merasa paling besar penghasilannya
dibandingkan dengan pegawai lain. Erlan berkata ‘Ah, masih sedikit saja
hasil penjualan kalian kawan? Kasihan sekali. Kalian lihat? pendapatanku jauh
lebih banyak dari hartamu dan pemebeli ku juga semakin banyak.’
Pegawai yang lain tidak memperdulikan omongan Erlan, karena meraka telah
berusaha mengolah penjualannya itu dengan sebaik-baiknya, kalau hasilnya tidak
sebaik dan selaris hasil temannya, mereka yakin bahwa itu adalah ketetapan
Allah yang sudah diperuntukkan kepadanya, mungkin ini hanya ujian kecil yang
harus dilewati agar semakin dekat dengan Allah lalu ibadahnya ditingkatkan, Itu
yang sering kami terapkan dari pribadi kakek pemilik lumpia basah dengan kerendahan
hatinya. Kakek yang berada diantara pegawainya itu tidak berkomentar
apapun tentang pembicaraan mereka, kakek hanya terdiam dan tersenyum.
Hingga dipertemuan berikutnya kesombongan Erlan
semakin menjadi-jadi, sehingga dia menjadi kufur atas nikmat Allah. Akhirnya
kakek berkata ‘Aku tidak sabar untuk segera berjumpa dengan Dzat yang
paling baik darimu. Dia adalah Dzat Yang Maha Penyayang dari semua yang
penyayang. Aku ingin segera bertemu dengan Dzat yang memberiku makan ketika aku
sedang lapar, memberiku rezeki yang berlimpah, yang telah mengeluarkanku dari
jalan yang sempit. Kalau Dia berkehendak lain, tentu Dia telah membuatku
menderita saat aku memulai berjualan untuk pertama kalinya. Dan engkau pun
tidak akan menerima rezeki yang berlimpah kecuali melalui perantara dari ku.
Akan tetapi karena kasih sayang dan kelembutanNya maka semuanya menjadi mudah
bagiku dan bagimu’. Pegawai baru itu kemudian menangis dan berteriak, ‘Ya
Allah.. betapa malangnya aku bila kelak tidak selamat dari siksa Allah akibat
kesombongan ku di dunia ini’. Hingga kakek pun ikut menangis haru
sebagai tanda syukur melihat Erlan yang kemudian diberi kesadaran oleh Allah
atas perbuatannya. Erlan mendekap erat tubuh kakek dan ia terus menangis
menyesali perbuatannya, hingga tidak sadarkan diri kakek jatuh ke tanah.
Kemudian Erlan mendekatinya, dan membelai dengan tangannya. Tiba-tiba kakek itu
meninggal.
Erlan kemudian menangis dan berkata, ‘Duhai kakek!
Wahai yang mati dalam kecintaan kepada Allah! ‘Ia terus mengulang-ulang kata-katanya
itu hingga terdengar jeritan keras, dan Erlan roboh ke tanah. Erlan berusaha
menggerak-gerakkan tubuhnya, tapi ternyata beliau sudah meninggal. Semoga Allah
merahmatiNya.
Begitulah kisah dari kakek penjual lumpia basah dengan
ketaatannya kepada Allah. Alhamdulillah, beliau selalu menjadi contoh terbaik
bagi karyawan dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Menjadi pengusaha yang
sukses dengan pribadinya yang baik. Hal ini, tidak terlepas dari ketaatan
beliau kepada Allah, beliau selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-Quran
saat berdagang dan tidak pernah terlewat untuk sholat dhuha. Begitulah cara
beliau mencintai Allah, sehingga Allah mudahkan segala jalan kehidupannya.
Semoga tulisan ini menginspirasi bagi sahabat-sabahat
sekalian khususnya bagi saya pribadi agar selalu tersadar akan pentingnya
kerendahan hati, disaat itu pula kesombongan dan keangkuhan akan sirna dengan
sendirinya.
Siang itu saya dan
teman-teman telah menyelesaikan kelas kuliah pada pukul 11.30 WIB,
seperti biasa hal yang akan kami lakukan ketika keluar kelas adalah
pergi ke kantin untuk makan siang. Saya selalu melihat kondisi yang
serupa, melihat para pedagang yang berada di kantin yang tak kenal lelah
bekerja sepanjang hari. Dan ada hal menarik dari penglihatan saya
ketika melihat seorang kakek yang berjualan lumpia basah, disela waktu
luangnya saat berjualan selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran,
bahkan setiap harinya telah mempunyai target dengan menyempatkan waktu
setiap 2 jam selama 10 menit untuk membaca Al-Quran kemudian pada pukul
09.00 selalu berada di Mesjid yang bertempat dikampus untuk melaksanakan
sholat dhuha. Seperti itulah aktifitas kakek penjual lumpia basah
setiap harinya.
Hingga di kisahkan sebelum mulai
berjualan beliau membereskan gerobaknya hanya seorang diri, berjualan
dan melayani pembeli yang akan membeli dagangannya di jam makan siang
hingga tiba pulang, kakek ini dikenal sebagai penjual yang paling ramah
dan murah senyum. Selain rasa lumpia basahnya yang enak juga tak kalah
penting dengan keramahan kakek membuat pembeli nyaman menjadi
pelanggannya untuk membeli lumpia basah. Setiap hari penjualan lumpia
basah ini segera saja laris dan menghasilkan banyak respon positif dari
pembeli baik dari dosen, mahasiswa, satpam bahkan tukang kebun
sekalipun. Alhasil lumpia basah yang menjadi dagangan kakek selalu habis
sebelum menjelang ashar. Melihat semua itu, menjadi senanglah hati
kakek sang pemilik lumpia basah, apalagi dengan permintaan seorang dosen
yang juga ingin membuka cabang untuk berjualan lumpia basah di sekitar
rumahnya yang ramai dengan pegawai kantoran. Karena melimpahnya hasil
penjualan, kakek ini segera menjadi orang kaya yang disegani,
pengikutnya banyak, dan tidak hanya satu cabang lumpia basah yang kakek
punya tetapi hingga 21 cabang lumpia basah yang dikelola oleh beliau di
daerah Bandung.
Namun sungguh luar biasa hal ini
menjadikan kakek semakin ramah dan rendah hati, dan beliau mempunyai
para pegawainya yang shaleh dan taat kepada Allah. Kadangkala dalam satu
dua kesempatan mereka bertemu dan bencengkrama, biasanya kakek ini akan
menanyakan hasil penjualannya dan amalan harian yang telah ditugaskan
pada setiap pegawainya. Tetapi, ada 1 pegawai baru yang bekerja di
cabang lumpia basah, sebut saja Erlan. Di hari kedua pertemuannya dengan
kakek dan pegawai lainnya, Erlan selalu menyombongkan hasil
penjualannya karena dia merasa paling besar penghasilannya dibandingkan
dengan pegawai lain. Erlan berkata ‘Ah, masih sedikit saja hasil
penjualan kalian kawan? Kasihan sekali. Kalian lihat? pendapatanku jauh
lebih banyak dari hartamu dan pemebeli ku juga semakin banyak.’
Pegawai yang lain tidak memperdulikan omongan Erlan, karena meraka telah
berusaha mengolah penjualannya itu dengan sebaik-baiknya, kalau
hasilnya tidak sebaik dan selaris hasil temannya, mereka yakin bahwa itu
adalah ketetapan Allah yang sudah diperuntukkan kepadanya, mungkin ini
hanya ujian kecil yang harus dilewati agar semakin dekat dengan Allah
lalu ibadahnya ditingkatkan, Itu yang sering kami terapkan dari pribadi
kakek pemilik lumpia basah dengan kerendahan hatinya. Kakek yang berada
diantara pegawainya itu tidak berkomentar apapun tentang pembicaraan
mereka, kakek hanya terdiam dan tersenyum.
Hingga dipertemuan berikutnya
kesombongan Erlan semakin menjadi-jadi, sehingga dia menjadi kufur atas
nikmat Allah. Akhirnya kakek berkata ‘Aku tidak sabar untuk segera
berjumpa dengan Dzat yang paling baik darimu. Dia adalah Dzat Yang Maha
Penyayang dari semua yang penyayang. Aku ingin segera bertemu dengan
Dzat yang memberiku makan ketika aku sedang lapar, memberiku rezeki yang
berlimpah, yang telah mengeluarkanku dari jalan yang sempit. Kalau Dia
berkehendak lain, tentu Dia telah membuatku menderita saat aku memulai
berjualan untuk pertama kalinya. Dan engkau pun tidak akan menerima
rezeki yang berlimpah kecuali melalui perantara dari ku. Akan tetapi
karena kasih sayang dan kelembutanNya maka semuanya menjadi mudah bagiku
dan bagimu’. Pegawai baru itu kemudian menangis dan berteriak, ‘Ya Allah.. betapa malangnya aku bila kelak tidak selamat dari siksa Allah akibat kesombongan ku di dunia ini’. Hingga
kakek pun ikut menangis haru sebagai tanda syukur melihat Erlan yang
kemudian diberi kesadaran oleh Allah atas perbuatannya. Erlan mendekap
erat tubuh kakek dan ia terus menangis menyesali perbuatannya, hingga
tidak sadarkan diri kakek jatuh ke tanah. Kemudian Erlan mendekatinya,
dan membelai dengan tangannya. Tiba-tiba kakek itu meninggal.
Erlan kemudian menangis dan berkata, ‘Duhai kakek! Wahai yang mati dalam kecintaan kepada Allah!
‘Ia terus mengulang-ulang kata-katanya itu hingga terdengar jeritan
keras, dan Erlan roboh ke tanah. Erlan berusaha menggerak-gerakkan
tubuhnya, tapi ternyata beliau sudah meninggal. Semoga Allah
merahmatiNya.
Begitulah kisah dari kakek
penjual lumpia basah dengan ketaatannya kepada Allah. Alhamdulillah,
beliau selalu menjadi contoh terbaik bagi karyawan dan orang-orang yang
berada di sekitarnya. Menjadi pengusaha yang sukses dengan pribadinya
yang baik. Hal ini, tidak terlepas dari ketaatan beliau kepada Allah,
beliau selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-Quran saat berdagang
dan tidak pernah terlewat untuk sholat dhuha. Begitulah cara beliau
mencintai Allah, sehingga Allah mudahkan segala jalan kehidupannya.
Semoga tulisan ini menginspirasi bagi sahabat-sabahat sekalian khususnya bagi saya pribadi agar selalu tersadar akan pentingnya kerendahan hati, disaat itu pula kesombongan dan keangkuhan akan sirna dengan sendirinya.
- See more at: http://inspirasi.co/forum/post/143/kakek_penjual_lumpia_basah#sthash.d5ynIxSx.dpuf
Siang
itu saya dan teman-teman telah menyelesaikan kelas kuliah pada pukul
11.30 WIB, seperti biasa hal yang akan kami lakukan ketika keluar kelas
adalah pergi ke kantin untuk makan siang. Saya selalu melihat kondisi
yang serupa, melihat para pedagang yang berada di kantin yang tak kenal
lelah bekerja sepanjang hari. Dan ada hal menarik dari penglihatan saya
ketika melihat seorang kakek yang berjualan lumpia basah, disela waktu
luangnya saat berjualan selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran,
bahkan setiap harinya telah mempunyai target dengan menyempatkan waktu
setiap 2 jam selama 10 menit untuk membaca Al-Quran kemudian pada pukul
09.00 selalu berada di Mesjid yang bertempat dikampus untuk melaksanakan
sholat dhuha. Seperti itulah aktifitas kakek penjual lumpia basah
setiap harinya.
Hingga di kisahkan sebelum mulai
berjualan beliau membereskan gerobaknya hanya seorang diri, berjualan
dan melayani pembeli yang akan membeli dagangannya di jam makan siang
hingga tiba pulang, kakek ini dikenal sebagai penjual yang paling ramah
dan murah senyum. Selain rasa lumpia basahnya yang enak juga tak kalah
penting dengan keramahan kakek membuat pembeli nyaman menjadi
pelanggannya untuk membeli lumpia basah. Setiap hari penjualan lumpia
basah ini segera saja laris dan menghasilkan banyak respon positif dari
pembeli baik dari dosen, mahasiswa, satpam bahkan tukang kebun
sekalipun. Alhasil lumpia basah yang menjadi dagangan kakek selalu habis
sebelum menjelang ashar. Melihat semua itu, menjadi senanglah hati
kakek sang pemilik lumpia basah, apalagi dengan permintaan seorang dosen
yang juga ingin membuka cabang untuk berjualan lumpia basah di sekitar
rumahnya yang ramai dengan pegawai kantoran. Karena melimpahnya hasil
penjualan, kakek ini segera menjadi orang kaya yang disegani,
pengikutnya banyak, dan tidak hanya satu cabang lumpia basah yang kakek
punya tetapi hingga 21 cabang lumpia basah yang dikelola oleh beliau di
daerah Bandung.
Namun sungguh luar biasa hal ini
menjadikan kakek semakin ramah dan rendah hati, dan beliau mempunyai
para pegawainya yang shaleh dan taat kepada Allah. Kadangkala dalam satu
dua kesempatan mereka bertemu dan bencengkrama, biasanya kakek ini akan
menanyakan hasil penjualannya dan amalan harian yang telah ditugaskan
pada setiap pegawainya. Tetapi, ada 1 pegawai baru yang bekerja di
cabang lumpia basah, sebut saja Erlan. Di hari kedua pertemuannya dengan
kakek dan pegawai lainnya, Erlan selalu menyombongkan hasil
penjualannya karena dia merasa paling besar penghasilannya dibandingkan
dengan pegawai lain. Erlan berkata ‘Ah, masih sedikit saja hasil
penjualan kalian kawan? Kasihan sekali. Kalian lihat? pendapatanku jauh
lebih banyak dari hartamu dan pemebeli ku juga semakin banyak.’
Pegawai yang lain tidak memperdulikan omongan Erlan, karena meraka telah
berusaha mengolah penjualannya itu dengan sebaik-baiknya, kalau
hasilnya tidak sebaik dan selaris hasil temannya, mereka yakin bahwa itu
adalah ketetapan Allah yang sudah diperuntukkan kepadanya, mungkin ini
hanya ujian kecil yang harus dilewati agar semakin dekat dengan Allah
lalu ibadahnya ditingkatkan, Itu yang sering kami terapkan dari pribadi
kakek pemilik lumpia basah dengan kerendahan hatinya. Kakek yang berada
diantara pegawainya itu tidak berkomentar apapun tentang pembicaraan
mereka, kakek hanya terdiam dan tersenyum.
Hingga dipertemuan berikutnya
kesombongan Erlan semakin menjadi-jadi, sehingga dia menjadi kufur atas
nikmat Allah. Akhirnya kakek berkata ‘Aku tidak sabar untuk segera
berjumpa dengan Dzat yang paling baik darimu. Dia adalah Dzat Yang Maha
Penyayang dari semua yang penyayang. Aku ingin segera bertemu dengan
Dzat yang memberiku makan ketika aku sedang lapar, memberiku rezeki yang
berlimpah, yang telah mengeluarkanku dari jalan yang sempit. Kalau Dia
berkehendak lain, tentu Dia telah membuatku menderita saat aku memulai
berjualan untuk pertama kalinya. Dan engkau pun tidak akan menerima
rezeki yang berlimpah kecuali melalui perantara dari ku. Akan tetapi
karena kasih sayang dan kelembutanNya maka semuanya menjadi mudah bagiku
dan bagimu’. Pegawai baru itu kemudian menangis dan berteriak, ‘Ya Allah.. betapa malangnya aku bila kelak tidak selamat dari siksa Allah akibat kesombongan ku di dunia ini’. Hingga
kakek pun ikut menangis haru sebagai tanda syukur melihat Erlan yang
kemudian diberi kesadaran oleh Allah atas perbuatannya. Erlan mendekap
erat tubuh kakek dan ia terus menangis menyesali perbuatannya, hingga
tidak sadarkan diri kakek jatuh ke tanah. Kemudian Erlan mendekatinya,
dan membelai dengan tangannya. Tiba-tiba kakek itu meninggal.
Erlan kemudian menangis dan berkata, ‘Duhai kakek! Wahai yang mati dalam kecintaan kepada Allah!
‘Ia terus mengulang-ulang kata-katanya itu hingga terdengar jeritan
keras, dan Erlan roboh ke tanah. Erlan berusaha menggerak-gerakkan
tubuhnya, tapi ternyata beliau sudah meninggal. Semoga Allah
merahmatiNya.
Begitulah kisah dari kakek
penjual lumpia basah dengan ketaatannya kepada Allah. Alhamdulillah,
beliau selalu menjadi contoh terbaik bagi karyawan dan orang-orang yang
berada di sekitarnya. Menjadi pengusaha yang sukses dengan pribadinya
yang baik. Hal ini, tidak terlepas dari ketaatan beliau kepada Allah,
beliau selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-Quran saat berdagang
dan tidak pernah terlewat untuk sholat dhuha. Begitulah cara beliau
mencintai Allah, sehingga Allah mudahkan segala jalan kehidupannya.
Semoga tulisan ini menginspirasi bagi sahabat-sabahat sekalian khususnya bagi saya pribadi agar selalu tersadar akan pentingnya kerendahan hati, disaat itu pula kesombongan dan keangkuhan akan sirna dengan sendirinya.
- See more at: http://www.inspirasi.co/forum/post/143/kakek_penjual_lumpia_basah#sthash.EJcgU1sv.dpuf