Selasa, 08 November 2011

PERASAAN CINTA :)

“Salah satu istri Nabi saw yang paling saya cintai karena keutamaan dan teladannya adalah Siti Khadijah (tentu saja semua istri Nabi memiliki keutamaan2 masing-masing ^_^). Pada diri beliau terdapat banyak keutamaan yang harus ada dalam diri seorang perempuan. Beliau adalah seseorang yang dalam bahasa saya “memancarkan aura bidadari”, bukan semata-mata karena kelemahlembutan dan keindahan perilaku beliau, tetapi juga karena ketegasan, keteguhan, kedalaman pandangan dan kedewasaan beliau. Karena itu, saya yakin sekali bahwa Nabi Muhammad saw sangat mencintai beliau. Cinta yang hadir karena pesona fisik mungkin bisa datang dalam sekejap dan pergi pula dalam sekejap, tetapi cinta yang lahir karena kecantikan hati dan akhlak adalah sesuatu yang jauh lebih menawan dan jauh lebih dalam tercerap di hati. Saya pikir Nabi saw mencintai Khadijah, selain karena pesona fisik (siapa yang pernah bilang Khadijah jelek walaupun sudah berumur 40 tahun, ngga ada kan? Hehe, buktinya banyak yang ngelamar) tetapi juga karena potensi jiwa dan kekuatan hati Siti Khadijah. Saya saja yang jauh sekali terpisah waktu dengan Siti Khadijah bisa terpesona karena “aura” beliau, apalagi Nabi saw yang hidup semasa dengan beliau.. waaaw subhanallah sekali ^_^ Saya juga selalu terharu kalau ingat dan membayangkan Nabi saw saat mengucapkan perkataan yang membela Siti Khadijah di depan istri beliau yang lain dengan kalimat indah yang mencerminkan betapa dalam kenangan beliau terhadap Siti Khadijah".

Nah...tuh kan, Rasulullah aja jatuh cinta :) masalah yang muncul kemudian, bagaimana kira-kira Rasulullah mengekspresikan perasaan cintanya? ”Cinta” yang pada zaman sekarang, sudah bermakna negatif, cinta dalam pemahaman orang sekarang dekat dengan hawa-nafsu, trus... apa ada cinta sejati? (kata Ari Lasso, Element dan Jikustik sih ada :D) Kalaupun ada, apa hanya cinta kepada Allah yang disebut sebagai cinta sejati? Trus cinta Rasulullah kepada Khadijah, sejati kah?”

Heemm.. pertanyaannya dalem banget yaa? Saya aja sampai bingung ngomong apa, saya kan bukan ahli di bidang ini, hehehe.. “Saya percaya bahwa cinta sejati itu ada, dan itu cinta pada Allah, pada Nabi dan cinta-cinta lain yang ada dalam koridor-Nya. Cinta kepada sesama manusia, kepada orang tua, terutama kepada pasangan, saya percaya memang benar-benar ada dan merupakan sesuatu yang indah dan fitrah sifatnya. Hal yang harus digarisbawahi adalah bahwa seluruh cinta itu adalah cerminan cinta Allah kepada makhluknya. Karenanya, dalam mencintai segala sesuatu, kita haruslah tetap mengutamakan cinta kepada Allah di atas segalanya. Cinta kepada segala sesuatu itu harus juga ada di dalam garis yang ditentukan-Nya.
Dalam tataran praktis, keutamaan cinta kepada Allah ini membuat cinta kita kepada orang lain dan pasangan tidak melanggar batas garis atau koridor yang ditentukan Allah swt. Cinta kita kepada mereka tidak sepantasnya membuat kita melakukan segala hal dan melanggar ketentuan Allah, karena hal ini berarti kita telah menomorduakan cinta kita kepada Allah setelah cinta kita kepada makhluk. Begitu pula cinta kita terhadap pasangan, tidak sepantasnya membuat kita menerobos norma-norma agama, di dalam pernikahan sekalipun. Seorang istri taat kepada suami karena Allah yang perintahkan. Hal ini mencerminkan cintanya kepada suaminya berada di bawah payung cintanya kepada Allah. Hal ini juga mencerminkan bahwa tidak ada ketaatan di dalam hal-hal yang tidak diridhoi Allah. Lebih jauh, hal ini mencerminkan stabilnya kondisi hati si istri dalam ketaatan terhadap suaminya. Ia taat bukan karena mengharapkan balasan dari suami, tidak pula merasa kecewa ketika suaminya tidak berlaku seperti yang diinginkannya. Ia melakukannya semata-mata karena Allah. Hehehe… ini sih teorinya, kalo prakteknya saya juga belum tau susah apa nggak . ^_^

Jadi, dalam pandangan saya tidak ada yang salah dalam mencintai, selama cinta itu disikapi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dan tidak melanggar larangan-larangan-Nya. Allah begitu mencintai kita, dan itu tercermin melalui cinta orang tua kepada kita, cinta teman kepada kita, juga cinta pasangan kepada kita.
Selain itu, cinta kepada Allah juga harus dibuktikan, tidak hanya diucapkan. Semua orang juga pasti paham konsep ini. tidak ada yang akan percaya ucapan cinta kita kalau tidak kita buktikan lewat perbuatan, apalagi perilaku kita menunjukkan kecuekan terhadap yang kita cintai. Cinta kepada Allah kita tunjukkan dengan melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Cinta kepada Allah hanya akan dapat dipercaya jika kita berperilaku sesuai keinginan-Nya.

Saya juga yakin bahwa Allah maha pemilik hati, maha pembolak-balik hati. Jadi, hati seseorang bisa jadi mencintai kita dan bisa jadi tidak mencintai kita, seluruhnya berada dalam genggaman-Nya. Ketika mencintai seseorang, kita harus menyerahkan penjagaan hati kita kepada Yang Maha Menggenggam Segala Hati, mohon perlindungan dari kesedihan dan kekecewaan yang terlalu bila cinta kita tidak terbalas, dan mohon perlindungan pula dari kegembiraan yang terlalu besar dan melenakan jika cinta kita terbalas. Di dalam cinta versi dien yang mulia ini, dunia tidak pernah hanya “milik kita berdua” ^_^. Hehehe .”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar