Kamis, 28 Agustus 2014

Kakek Penjual Lumpia Basah


Siang itu saya dan teman-teman telah menyelesaikan kelas kuliah pada pukul 11.30 WIB, seperti biasa hal yang akan kami lakukan ketika keluar kelas adalah pergi ke kantin untuk makan siang. Saya selalu melihat kondisi yang serupa, melihat para pedagang yang berada di kantin yang tak kenal lelah bekerja sepanjang hari. Dan ada hal menarik dari penglihatan saya ketika melihat seorang kakek yang berjualan lumpia basah, disela waktu luangnya saat berjualan selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran, bahkan setiap harinya telah mempunyai target dengan menyempatkan waktu setiap 2 jam selama 10 menit untuk membaca Al-Quran kemudian pada pukul 09.00 selalu berada di Mesjid yang bertempat dikampus untuk melaksanakan sholat dhuha. Seperti itulah aktifitas kakek penjual lumpia basah setiap harinya.

Hingga di kisahkan sebelum mulai berjualan beliau membereskan gerobaknya hanya seorang diri, berjualan dan melayani pembeli yang akan membeli dagangannya di jam makan siang hingga tiba pulang, kakek ini dikenal sebagai penjual yang paling ramah dan murah senyum. Selain rasa lumpia basahnya yang enak juga tak kalah penting dengan keramahan kakek membuat pembeli nyaman menjadi pelanggannya untuk membeli lumpia basah. Setiap hari penjualan lumpia basah ini segera saja laris dan menghasilkan banyak respon positif dari pembeli baik dari dosen, mahasiswa, satpam bahkan tukang kebun sekalipun. Alhasil lumpia basah yang menjadi dagangan kakek selalu habis sebelum menjelang ashar. Melihat semua itu, menjadi senanglah hati kakek sang pemilik lumpia basah, apalagi dengan permintaan seorang dosen yang juga ingin membuka cabang untuk berjualan lumpia basah di sekitar rumahnya yang ramai dengan pegawai kantoran. Karena melimpahnya hasil penjualan, kakek ini segera menjadi orang kaya yang disegani, pengikutnya  banyak, dan tidak hanya satu cabang lumpia basah yang kakek punya tetapi hingga 21 cabang lumpia basah yang dikelola oleh beliau di daerah Bandung.

Namun sungguh luar biasa hal ini menjadikan kakek semakin ramah dan rendah hati, dan beliau mempunyai para pegawainya yang shaleh dan taat kepada Allah. Kadangkala dalam satu dua kesempatan mereka bertemu dan bencengkrama, biasanya kakek ini akan menanyakan hasil penjualannya dan  amalan harian yang telah ditugaskan pada setiap pegawainya. Tetapi, ada 1 pegawai  baru yang bekerja di cabang lumpia basah, sebut saja Erlan. Di hari kedua pertemuannya dengan kakek dan pegawai lainnya, Erlan selalu menyombongkan hasil penjualannya karena dia merasa paling besar penghasilannya dibandingkan dengan pegawai lain. Erlan berkata ‘Ah, masih sedikit saja hasil penjualan kalian kawan? Kasihan sekali. Kalian lihat? pendapatanku jauh lebih banyak dari hartamu dan pemebeli ku juga semakin banyak.’ Pegawai yang lain tidak memperdulikan omongan Erlan, karena meraka telah berusaha mengolah penjualannya itu dengan sebaik-baiknya, kalau hasilnya tidak sebaik dan selaris hasil temannya, mereka yakin bahwa itu adalah ketetapan Allah yang sudah diperuntukkan kepadanya, mungkin ini hanya ujian kecil yang harus dilewati agar semakin dekat dengan Allah lalu ibadahnya ditingkatkan, Itu yang sering kami terapkan dari pribadi kakek pemilik lumpia basah dengan kerendahan hatinya. Kakek yang berada diantara pegawainya itu tidak berkomentar apapun tentang pembicaraan mereka, kakek hanya terdiam dan tersenyum.

Hingga dipertemuan berikutnya kesombongan Erlan semakin menjadi-jadi, sehingga dia menjadi kufur atas nikmat Allah. Akhirnya kakek  berkata ‘Aku tidak sabar untuk segera berjumpa dengan Dzat yang paling baik darimu. Dia adalah Dzat Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Aku ingin segera bertemu dengan Dzat yang memberiku makan ketika aku sedang lapar, memberiku rezeki yang berlimpah, yang telah mengeluarkanku dari jalan yang sempit. Kalau Dia berkehendak lain, tentu Dia telah membuatku menderita saat aku memulai berjualan untuk pertama kalinya. Dan engkau pun tidak akan menerima rezeki yang berlimpah kecuali melalui perantara dari ku. Akan tetapi karena kasih sayang dan kelembutanNya maka semuanya menjadi mudah bagiku dan bagimu’. Pegawai baru itu kemudian menangis dan berteriak, ‘Ya Allah.. betapa malangnya aku bila kelak tidak selamat dari siksa Allah akibat kesombongan ku di dunia ini’. Hingga kakek  pun ikut menangis haru sebagai tanda syukur melihat Erlan yang kemudian diberi kesadaran oleh Allah atas perbuatannya. Erlan mendekap erat tubuh kakek  dan ia terus menangis menyesali perbuatannya, hingga tidak sadarkan diri kakek jatuh ke tanah. Kemudian Erlan mendekatinya, dan membelai dengan tangannya. Tiba-tiba kakek itu meninggal.

Erlan kemudian menangis dan berkata, ‘Duhai kakek! Wahai yang mati dalam kecintaan kepada Allah! ‘Ia terus mengulang-ulang kata-katanya itu hingga terdengar jeritan keras, dan Erlan roboh ke tanah. Erlan berusaha menggerak-gerakkan tubuhnya, tapi ternyata beliau sudah meninggal. Semoga Allah merahmatiNya.

Begitulah kisah dari kakek penjual lumpia basah dengan ketaatannya kepada Allah. Alhamdulillah, beliau selalu menjadi contoh terbaik bagi karyawan dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Menjadi pengusaha yang sukses dengan pribadinya yang baik. Hal ini, tidak terlepas dari ketaatan beliau kepada Allah, beliau selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-Quran saat berdagang dan tidak pernah terlewat untuk sholat dhuha. Begitulah cara beliau mencintai Allah, sehingga Allah mudahkan segala jalan kehidupannya.

Semoga tulisan ini menginspirasi bagi sahabat-sabahat sekalian khususnya bagi saya pribadi agar selalu tersadar akan pentingnya kerendahan hati, disaat itu pula kesombongan dan keangkuhan akan sirna dengan sendirinya.

Siang itu saya dan teman-teman telah menyelesaikan kelas kuliah pada pukul 11.30 WIB, seperti biasa hal yang akan kami lakukan ketika keluar kelas adalah pergi ke kantin untuk makan siang. Saya selalu melihat kondisi yang serupa, melihat para pedagang yang berada di kantin yang tak kenal lelah bekerja sepanjang hari. Dan ada hal menarik dari penglihatan saya ketika melihat seorang kakek yang berjualan lumpia basah, disela waktu luangnya saat berjualan selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran, bahkan setiap harinya telah mempunyai target dengan menyempatkan waktu setiap 2 jam selama 10 menit untuk membaca Al-Quran kemudian pada pukul 09.00 selalu berada di Mesjid yang bertempat dikampus untuk melaksanakan sholat dhuha. Seperti itulah aktifitas kakek penjual lumpia basah setiap harinya.

Hingga di kisahkan sebelum mulai berjualan beliau membereskan gerobaknya hanya seorang diri, berjualan dan melayani pembeli yang akan membeli dagangannya di jam makan siang hingga tiba pulang, kakek ini dikenal sebagai penjual yang paling ramah dan murah senyum. Selain rasa lumpia basahnya yang enak juga tak kalah penting dengan keramahan kakek membuat pembeli nyaman menjadi pelanggannya untuk membeli lumpia basah. Setiap hari penjualan lumpia basah ini segera saja laris dan menghasilkan banyak respon positif dari pembeli baik dari dosen, mahasiswa, satpam bahkan tukang kebun sekalipun. Alhasil lumpia basah yang menjadi dagangan kakek selalu habis sebelum menjelang ashar. Melihat semua itu, menjadi senanglah hati kakek sang pemilik lumpia basah, apalagi dengan permintaan seorang dosen yang juga ingin membuka cabang untuk berjualan lumpia basah di sekitar rumahnya yang ramai dengan pegawai kantoran. Karena melimpahnya hasil penjualan, kakek ini segera menjadi orang kaya yang disegani, pengikutnya  banyak, dan tidak hanya satu cabang lumpia basah yang kakek punya tetapi hingga 21 cabang lumpia basah yang dikelola oleh beliau di daerah Bandung.

Namun sungguh luar biasa hal ini menjadikan kakek semakin ramah dan rendah hati, dan beliau mempunyai para pegawainya yang shaleh dan taat kepada Allah. Kadangkala dalam satu dua kesempatan mereka bertemu dan bencengkrama, biasanya kakek ini akan menanyakan hasil penjualannya dan  amalan harian yang telah ditugaskan pada setiap pegawainya. Tetapi, ada 1 pegawai  baru yang bekerja di cabang lumpia basah, sebut saja Erlan. Di hari kedua pertemuannya dengan kakek dan pegawai lainnya, Erlan selalu menyombongkan hasil penjualannya karena dia merasa paling besar penghasilannya dibandingkan dengan pegawai lain. Erlan berkata ‘Ah, masih sedikit saja hasil penjualan kalian kawan? Kasihan sekali. Kalian lihat? pendapatanku jauh lebih banyak dari hartamu dan pemebeli ku juga semakin banyak.’ Pegawai yang lain tidak memperdulikan omongan Erlan, karena meraka telah berusaha mengolah penjualannya itu dengan sebaik-baiknya, kalau hasilnya tidak sebaik dan selaris hasil temannya, mereka yakin bahwa itu adalah ketetapan Allah yang sudah diperuntukkan kepadanya, mungkin ini hanya ujian kecil yang harus dilewati agar semakin dekat dengan Allah lalu ibadahnya ditingkatkan, Itu yang sering kami terapkan dari pribadi kakek pemilik lumpia basah dengan kerendahan hatinya. Kakek yang berada diantara pegawainya itu tidak berkomentar apapun tentang pembicaraan mereka, kakek hanya terdiam dan tersenyum.

Hingga dipertemuan berikutnya kesombongan Erlan semakin menjadi-jadi, sehingga dia menjadi kufur atas nikmat Allah. Akhirnya kakek  berkata ‘Aku tidak sabar untuk segera berjumpa dengan Dzat yang paling baik darimu. Dia adalah Dzat Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Aku ingin segera bertemu dengan Dzat yang memberiku makan ketika aku sedang lapar, memberiku rezeki yang berlimpah, yang telah mengeluarkanku dari jalan yang sempit. Kalau Dia berkehendak lain, tentu Dia telah membuatku menderita saat aku memulai berjualan untuk pertama kalinya. Dan engkau pun tidak akan menerima rezeki yang berlimpah kecuali melalui perantara dari ku. Akan tetapi karena kasih sayang dan kelembutanNya maka semuanya menjadi mudah bagiku dan bagimu’. Pegawai baru itu kemudian menangis dan berteriak, ‘Ya Allah.. betapa malangnya aku bila kelak tidak selamat dari siksa Allah akibat kesombongan ku di dunia ini’. Hingga kakek  pun ikut menangis haru sebagai tanda syukur melihat Erlan yang kemudian diberi kesadaran oleh Allah atas perbuatannya. Erlan mendekap erat tubuh kakek  dan ia terus menangis menyesali perbuatannya, hingga tidak sadarkan diri kakek jatuh ke tanah. Kemudian Erlan mendekatinya, dan membelai dengan tangannya. Tiba-tiba kakek itu meninggal.

Erlan kemudian menangis dan berkata, ‘Duhai kakek! Wahai yang mati dalam kecintaan kepada Allah! ‘Ia terus mengulang-ulang kata-katanya itu hingga terdengar jeritan keras, dan Erlan roboh ke tanah. Erlan berusaha menggerak-gerakkan tubuhnya, tapi ternyata beliau sudah meninggal. Semoga Allah merahmatiNya.

Begitulah kisah dari kakek penjual lumpia basah dengan ketaatannya kepada Allah. Alhamdulillah, beliau selalu menjadi contoh terbaik bagi karyawan dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Menjadi pengusaha yang sukses dengan pribadinya yang baik. Hal ini, tidak terlepas dari ketaatan beliau kepada Allah, beliau selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-Quran saat berdagang dan tidak pernah terlewat untuk sholat dhuha. Begitulah cara beliau mencintai Allah, sehingga Allah mudahkan segala jalan kehidupannya.

Semoga tulisan ini menginspirasi bagi sahabat-sabahat sekalian khususnya bagi saya pribadi agar selalu tersadar akan pentingnya kerendahan hati, disaat itu pula kesombongan dan keangkuhan akan sirna dengan sendirinya.
- See more at: http://inspirasi.co/forum/post/143/kakek_penjual_lumpia_basah#sthash.d5ynIxSx.dpuf
Siang itu saya dan teman-teman telah menyelesaikan kelas kuliah pada pukul 11.30 WIB, seperti biasa hal yang akan kami lakukan ketika keluar kelas adalah pergi ke kantin untuk makan siang. Saya selalu melihat kondisi yang serupa, melihat para pedagang yang berada di kantin yang tak kenal lelah bekerja sepanjang hari. Dan ada hal menarik dari penglihatan saya ketika melihat seorang kakek yang berjualan lumpia basah, disela waktu luangnya saat berjualan selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran, bahkan setiap harinya telah mempunyai target dengan menyempatkan waktu setiap 2 jam selama 10 menit untuk membaca Al-Quran kemudian pada pukul 09.00 selalu berada di Mesjid yang bertempat dikampus untuk melaksanakan sholat dhuha. Seperti itulah aktifitas kakek penjual lumpia basah setiap harinya.

Hingga di kisahkan sebelum mulai berjualan beliau membereskan gerobaknya hanya seorang diri, berjualan dan melayani pembeli yang akan membeli dagangannya di jam makan siang hingga tiba pulang, kakek ini dikenal sebagai penjual yang paling ramah dan murah senyum. Selain rasa lumpia basahnya yang enak juga tak kalah penting dengan keramahan kakek membuat pembeli nyaman menjadi pelanggannya untuk membeli lumpia basah. Setiap hari penjualan lumpia basah ini segera saja laris dan menghasilkan banyak respon positif dari pembeli baik dari dosen, mahasiswa, satpam bahkan tukang kebun sekalipun. Alhasil lumpia basah yang menjadi dagangan kakek selalu habis sebelum menjelang ashar. Melihat semua itu, menjadi senanglah hati kakek sang pemilik lumpia basah, apalagi dengan permintaan seorang dosen yang juga ingin membuka cabang untuk berjualan lumpia basah di sekitar rumahnya yang ramai dengan pegawai kantoran. Karena melimpahnya hasil penjualan, kakek ini segera menjadi orang kaya yang disegani, pengikutnya  banyak, dan tidak hanya satu cabang lumpia basah yang kakek punya tetapi hingga 21 cabang lumpia basah yang dikelola oleh beliau di daerah Bandung.

Namun sungguh luar biasa hal ini menjadikan kakek semakin ramah dan rendah hati, dan beliau mempunyai para pegawainya yang shaleh dan taat kepada Allah. Kadangkala dalam satu dua kesempatan mereka bertemu dan bencengkrama, biasanya kakek ini akan menanyakan hasil penjualannya dan  amalan harian yang telah ditugaskan pada setiap pegawainya. Tetapi, ada 1 pegawai  baru yang bekerja di cabang lumpia basah, sebut saja Erlan. Di hari kedua pertemuannya dengan kakek dan pegawai lainnya, Erlan selalu menyombongkan hasil penjualannya karena dia merasa paling besar penghasilannya dibandingkan dengan pegawai lain. Erlan berkata ‘Ah, masih sedikit saja hasil penjualan kalian kawan? Kasihan sekali. Kalian lihat? pendapatanku jauh lebih banyak dari hartamu dan pemebeli ku juga semakin banyak.’ Pegawai yang lain tidak memperdulikan omongan Erlan, karena meraka telah berusaha mengolah penjualannya itu dengan sebaik-baiknya, kalau hasilnya tidak sebaik dan selaris hasil temannya, mereka yakin bahwa itu adalah ketetapan Allah yang sudah diperuntukkan kepadanya, mungkin ini hanya ujian kecil yang harus dilewati agar semakin dekat dengan Allah lalu ibadahnya ditingkatkan, Itu yang sering kami terapkan dari pribadi kakek pemilik lumpia basah dengan kerendahan hatinya. Kakek yang berada diantara pegawainya itu tidak berkomentar apapun tentang pembicaraan mereka, kakek hanya terdiam dan tersenyum.

Hingga dipertemuan berikutnya kesombongan Erlan semakin menjadi-jadi, sehingga dia menjadi kufur atas nikmat Allah. Akhirnya kakek  berkata ‘Aku tidak sabar untuk segera berjumpa dengan Dzat yang paling baik darimu. Dia adalah Dzat Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Aku ingin segera bertemu dengan Dzat yang memberiku makan ketika aku sedang lapar, memberiku rezeki yang berlimpah, yang telah mengeluarkanku dari jalan yang sempit. Kalau Dia berkehendak lain, tentu Dia telah membuatku menderita saat aku memulai berjualan untuk pertama kalinya. Dan engkau pun tidak akan menerima rezeki yang berlimpah kecuali melalui perantara dari ku. Akan tetapi karena kasih sayang dan kelembutanNya maka semuanya menjadi mudah bagiku dan bagimu’. Pegawai baru itu kemudian menangis dan berteriak, ‘Ya Allah.. betapa malangnya aku bila kelak tidak selamat dari siksa Allah akibat kesombongan ku di dunia ini’. Hingga kakek  pun ikut menangis haru sebagai tanda syukur melihat Erlan yang kemudian diberi kesadaran oleh Allah atas perbuatannya. Erlan mendekap erat tubuh kakek  dan ia terus menangis menyesali perbuatannya, hingga tidak sadarkan diri kakek jatuh ke tanah. Kemudian Erlan mendekatinya, dan membelai dengan tangannya. Tiba-tiba kakek itu meninggal.

Erlan kemudian menangis dan berkata, ‘Duhai kakek! Wahai yang mati dalam kecintaan kepada Allah! ‘Ia terus mengulang-ulang kata-katanya itu hingga terdengar jeritan keras, dan Erlan roboh ke tanah. Erlan berusaha menggerak-gerakkan tubuhnya, tapi ternyata beliau sudah meninggal. Semoga Allah merahmatiNya.

Begitulah kisah dari kakek penjual lumpia basah dengan ketaatannya kepada Allah. Alhamdulillah, beliau selalu menjadi contoh terbaik bagi karyawan dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Menjadi pengusaha yang sukses dengan pribadinya yang baik. Hal ini, tidak terlepas dari ketaatan beliau kepada Allah, beliau selalu menyempatkan waktu untuk membaca Al-Quran saat berdagang dan tidak pernah terlewat untuk sholat dhuha. Begitulah cara beliau mencintai Allah, sehingga Allah mudahkan segala jalan kehidupannya.

Semoga tulisan ini menginspirasi bagi sahabat-sabahat sekalian khususnya bagi saya pribadi agar selalu tersadar akan pentingnya kerendahan hati, disaat itu pula kesombongan dan keangkuhan akan sirna dengan sendirinya.
- See more at: http://www.inspirasi.co/forum/post/143/kakek_penjual_lumpia_basah#sthash.EJcgU1sv.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar